Daftar Review

Kamis, 28 Juli 2011

Saga no Gabai Bachan - Yoshichi Shimada

Menurut saya……
Salah satu buku yang baru selesai saya lahap ialah buku terjermahan yang berjudul Saga no Gabai Bachan terbitan Kansha Books. Buku ini berkisah tentang kehidupan sehari- hari Akihiro dan neneknya, nenek Osano, yang penuh dengan keunikan dan cara- cara jitu nenek Osano dalam menjalani hidup ini. Oleh pengarangnya, Yoshichi Shimada (nama sebenarnya Akihiro Tokunaga), buku ini ditulis dengan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti.
Kehidupan nenek dan cucu yang kaya akan kesederhanaan ini malah membuat kehidupan mereka sangat bermakna. Cerita- cerita yang ada di dalamnya juga dapat membuat kita tertawa dan (akan) bertanya- tanya apakah mungkin kehidupan akan sesimpel ini. Dan segalanya menjadi mudah di tangan nenek hebat yang satu ini. Ada dua jalan buat orang miskin. Miskin muram dan miskin ceria. Kita ini miskin yang ceria, begitu lah kata nenek Osano.
Selain itu, masih ada prinsip nenek seperti ini : Sampai mati, manusia harus punya mimpi! Kalaupun tidak terkabul, bagaimanapun itu kan cuma mimpi. Setelah dipikir- pikir, memang betul. Namun bukan berarti kita hanya bersantai- santai dan menunggu mimpi itu terwujud dengan sendirinya. Harus donk ada usaha yang keras dibalik sebuah mimpi.
Buku ini sangat menarik perhatian saya ketika berkunjung ke Gramedia. Dan ternyata tidak menyesal saya membeli buku ini. Namun masih ada satu cerita yang menganjal di hati. Andai saja nenek masih ada, suatu hari nanti, ketika saya berkesempatan mengunjungi Jepang (ingat, setiap manusia harus punya mimpi..hehe..), saya pasti akan menanyakannya. Atau, bertanya kepada cucunya. hehe..

Sinopis

Well, tidak asyik ya kalau hanya membaca cuap- cuap dari saya. Ini dia sinopsis buku Nenek Hebat dari Saga.
Akihiro yang kehilangan ayahnya setelah Hirosima dibom, terpaksa berpisah dari ibu untuk tinggal bersama neneknya di Saga. Meskipun keluarganya hidup prihatin, namun kehidupan di Saga satu peringkat lebih miskin. Tetapi sang nenek selalu punya ratusan akal untuk meneruskan kehidupan dan membesarkan cucunya.
Dengan ide- ide cemerlang sang nenek, kehidupan selalu mereka jalani penuh tawa. Sulit memang, tapi menarik dan mengasyikkan. Namun waktu terus berjalan dan tibalah hari ketika Akihiro harus mengambil keputusan. Dia harus memilih antara nenek dan Saga yang dia cintai atau mengejar mimpi- mimpinya.
Diterjermahkan langsung dari bahasa Jepang oleh Indah S. Pratidina, buku ini akan membuat kita tersenyum, terenyuh, dan mungkin berpikir ulang tentang nilai- nilai kesederhanaan.
Dalam waktu kurang dari satu tahun, buku ini telah terjual 100.000 eksemplar di negeri asalnya. Kisah Nenek Hebat dari Saga begitu terkenal sehingga diadaptasi dalam bentuk film layar lebar, game, maupun manga.

Rabu, 06 Juli 2011

Ada Seberkas Harapan dan Cinta di St. Hauda’s Land

Judul buku       : The Girl with Glass Feet ( Gadis dengan Kaki  dari Kaca)
Pengarang       : Ali Shaw
Penerbit          : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal               : 426 halaman

Novel perdana Ali Shaw ini menceritakan potret kehidupan di St. Hauda’s Land yang tidak biasa dan kisah Ida Maclaird dalam mencari kesembuhan dan menemukan cintanya di sana.
Diawali dengan Midas Crook, seorang fotografer muda yang tengah berburu foto di hutan di dekat Ettinsford. Di sanalah pertemuan pertamanya dengan Ida MacLaird terjadi. Dan perkenalan itu terus berlanjut hingga mereka menyadari bahwa mereka telah jatuh cinta satu sama lainnya.
Namun  ada yang tidak biasa dari Ida. Sepatu botnya kebesaran dan jalannya terpincang- pincang. Ternyata ia sedang mengalami metemorfosis aneh. Tubuhnya secara perlahan berubah menjadi kaca, dimulai dari kedua kakinya. Ia datang ke St. Hauda’s Land untuk mencari kesembuhan. Tujuan utamanya ialah menemukan Henry Fuwa, seorang pria aneh yang pertama sekali dikenal oleh Ida enam bulan lalu. Dibantu oleh Midas, mereka berhasil menemukan Fuwa. Namun tidak ada yang bisa dilakukan Fuwa untuk membantu Ida.
Kini, Midas yang pemalu dan tertutup ini harus berpacu dengan waktu. Ia harus memanfaatkan waktu bersama Ida sebaik mungkin karena kaca ini menyebar cepat tanpa mengenal waktu. 
Shaw mendeskripsikan semuanya dengan begitu detail, terutama penggambaran kepulauan imajinatif Shaw. Keadaan pulau ini  beserta semua keanehan (yang pada awalnya membutuhkan imajinasi yang lumayan untuk membayangkannya) menciptakan keunikan tersendiri. Lembu yang memiliki sayap ngengat dan dapat terbang, burung putih yang dapat mengubah segala yang dilihatnya menjadi putih, ubur- ubur yang mengeluarkan pendaran cahaya, dan masih ada lagi.
Hubungan masa lalu antar tokoh juga tergambar dengan jelas disini. Namun semua itu tidak membuat kisah ini menjadi bosan untuk dibaca. Kisah percintaan Midas dan Ida terasa alami dan unik. Ida yang mendorong Midas agar menjadi lebih berani (karena waktu mereka sangat terbatas) dan Midas yang pemalu dan terkungkung dalam masa lalunya, oleh karena cintanya terhadap Ida, berhasil keluar dari ketakutan masa lalunya. Secara keseluruhan, novel ini menarik untuk dibaca dan diikuti hingga bagian akhir. Bagian akhir dikemas secara apik oleh Shaw dan cukup menguras emosi. Novel ini layak mengisi rak buku Anda bagi Anda penikmat novel. Selamat membaca J