Daftar Review

Minggu, 12 Januari 2014

Camar Biru, Cinta Tak Selalu Tepat Waktu - Nilam Suri



Judul               : Camar Biru

Pengarang      : Nilam Suri

Penerbit         : GagasMedia

Tebal              : 280 halaman



Sinopsis :
Aku membutuhkanmu.
Kau terasa tepat untukku. Pelukanmu serasi dengan hangat tubuhku. Dan setiap bagian dari diriku sudah terlalu terbiasa dengan kehadiranmu – dengan suaramu, dengan sentuhanmu, dengan aroma khas tubuhmu. Dengan debaran yang terdengar seperti ketukan bermelodi saat kau menatapku penuh perhatian seperti itu.

Aku membutuhkanmu.
Ya cinta, ya waktumu. Dan kau seudah melihat jujur dan juga munafikku. Bahkan, di saat aku begitu yakin kau akan meninggalkanku, kau hanya menertawakan kecurigaanku dan merangkul bahuku. Sungguh heran, setelah sekian tahun pun, kau masih bertahan di sini, bersamaku.

Aku membutuhkanmu – dan bisa jadi… aku mencintaimu. Tapi, aku belum akan mengakui ini padamu. Aku belum siap meruntuhkan bentengku dan membiarkanmu memiliki hatiku….

Review :
Nina adiknya Naren.
Adith adiknya Sinar.

Mereka berempat tumbuh besar dan bersahabat sejak kecil. Hingga dewasa, hubungan mereka berempat boleh dikatakan lebih dari sekadar sahabat. Kemana- mana barengan. Ketiga cowok itu sangat menjaga putri gulali kesayangan mereka. Kalau tidak ada Naren yang bisa mengantar jemput Nina, pasti ada Adith atau Sinar.

Sudah lama Adith menyukai Nina. Tapi rasa itu hanya ia simpan dalam hati. Sedangkan Nina sejak kecil selalu memprioritaskan Sinar. Apa- apa selalu mengajak Sinar. Adith sering kesal karenanya, tapi apa boleh buat. Yang penting, keempatnya tetap bersama.

Namun takdir mengubah segalanya. Sesuatu yang belum – dan tidak akan pernah – siap untuk mereka terima. Kepergian Naren untuk selama- lamanya. Naren dan Nina mengalami kecelakaan. Nina selamat dan Naren meninggal. Sejak itu kehidupan tidak lagi sama.

Nina yang paling kehilangan juga tertekan. Bukannya mengikhlaskan kepergian putra semata wayang mereka, orangtua Nina, terutama Mamanya, malah menyalahkan Nina. Ayah Nina mengusir Nina secara halus. Nina pun keluar dari rumahnya.

Sinar apalagi. Ia yang paling dekat dengan Naren tidak bisa menerima kepergian sahabatnya. Ditambah melihat Nina kesayangannya yang semakin rapuh dan melemah. Ia memutuskan untuk pergi ke London, meneruskan studinya di sana.

Kini tinggal Adith dan Nina. Adith selalu siaga 24 jam saat Nina memerlukannya. Membelikannya kopi saat tengah malam ataupun sekadar menemani Nina. Semuanya Adith lakukan dengan senang. Bisa menjaga Nina – meski hanya dengan status sahabat – memunculkan kebahagiaan tersendiri dalam hatinya.

Kalau sampai sepuluh tahun dari sekarang lo belum nikah juga, gue bakal nikahin lo…. Hal. 13

Keinginan Adith kini terwujud. Ia akan menikah dengan Nina. Sepuluh tahun berlalu sejak keduanya terikat dalam perjanjian untuk menikah kalau masing- masing dari mereka masih belum menemukan pendamping hidup. Perjanjian itu diikat oleh dua ekor camar biru yang harus tetap disimpan hingga saatnya tiba. Saat itu keduanya tengah berada dalam pengaruh alkohol. Tapi nyatanya sepuluh tahun setelahnya Nina tidak pernah dekat dengan cowok mana pun selain Adith. Perjanjian tetaplah perjanjian. Meski tidak pernah pacaran, rencana mereka tetap sama. Nina akan menikah dengan Adith.

Ternyata ada sebuah rahasia dibalik perubahan sifat Nina. Rahasia itu baru terungkap saat keduanya membahas soal pacaran dan hubungan yang lebih jauh. Apa rahasia yang disimpan oleh Nina sejak sepuluh tahun lalu hingga ia menutup diri seperti ini? Saat Sinar kembali, siapakah yang akan Nina pilih? Ikuti kisah mereka di Camar Biru.

Gue bisa mendengar tawa Sinar di ujung telepon, dan suara itu bikin gue merasa hangat. Bukan dengan kehangatan yang bikin gelisah dan membawa sayap kupu- kupu kayak saat mendengar tawa Adith. Ini rasa hangat yang nyaman. Hal.118


Mengikuti kisah Nina- Adith dalam Camar Biru ini rasanya gampang- gampang susah ya. Ceritanya bikin ikutan galau. Apalagi menyangkut keseharian Nina dan Adith. Rasanya hampir berlalu begitu- begitu saja. Kalau tidak diikat oleh perjanjian Camar Biru, entah sampai kapan hidup Nina akan begitu terus.

Dari segi sudut pandang, penulis menggunakan sudut pandang orang pertama dan ketiga. Boleh dibilang campuran lah. Sepanjang cerita, sudut pandang digunakan bergantian dari sisi Nina dan Adith. Sudut pandang dari sisi Sinar baru muncul belakangan. Untuk epilog, penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga.

Awalnya berencana untuk ngasih tiga bintang, tapi galaunya terlalu akut, jadinya dua bintang saja. Maafkan saya, Mbak Nilam.
Ulasan saya sampai disini saja karena masih bersisa efek galaunya. Selamat membaca J

2 komentar:

  1. Aku pernah baca buku ini :D
    Daleeeem bangeet :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Nif..konfliknya boleh dibilang simpel..tapi galaunya itu loh..nggak tahan deh..

      Hapus