Daftar Review

Rabu, 07 Oktober 2015

Somewhere Only We Know - Alexander Thian

Judul                     : Somewhere Only We Know
Pengarang          : Alexander Thian
Penerbit              : GagasMedia
Tebal                     : 338 halaman

Sinopsis :

Kenzo
Menyusuri jalanan Hanoi yang basah,
menerobos hujan yang masih turun dengan deras.
Gue melangkah tanpa peduli ke mana kaki membawa gue pergi.
Lampu kuning jalanan membuat jejak- jejak rintik hujan tampak jelas.
Entah karena gue yang delusional atau terlalu romantis menjijikkan,
gue setengah berharap dia akan muncul di ujung jalan,
bersandar pada tiang lampu, membawa payung, lalu tersenyum melihat gue.

Ririn
Kenangan itu masih sejelas dan sebening film yang berformat blu-ray. Gue tertawa kecil ketika membuka pintu taksi, membayangkan wajah aneh Arik sore itu. Dalam perjalanan pulang, gue bermimpi tentang berdansa di awan, sementara kembang api meledak- ledak di sekitar gue dan Arik.
Arik, can we be infinite?
Most of all, is this the love we think we deserve?

ÐÑ

Bagi Kenzo, cinta ibarat secangkir kopi.
Terkadang terasa pahit, tetapi tetap memiliki banyak lapis rasa.
Bagi Ririn, kakak Kenzo, cinta hanya memiliki dua rasa: pahit dan manis.
Meski Kenzo meyakinkan selalu ada ruang untuk dongeng cinta, Ririn berusaha melupakan cinta karena pahitlah yang mendominasi kisahnya.

Ketika cinta benar- benar ada di hadapan keduanya, mampukah mereka menerima dan memperjuangkannya?

Review :
Mari berkenalan dengan kakak beradik yang mengalami lika- liku dalam menggapai cinta dalam hidup mereka: Ririn dan Kenzo. Ririn di usianya yang sudah hampir menginjak kepala tiga masih saja kekanak- kanakan dan belum menemukan tambatan hatinya. Sementara Kenzo, adiknya, menyimpan kesedihan akibat jatuh cinta, ditinggalkan, jatuh cinta lagi, dan ditinggalkan lagi.

Namun keajaiban selalu ada. Ririn, yang saat itu tengah berlibur sendiri, bertemu dengan seorang pria yang awalnya dibencinya. Kebetulan- kebetulan mempertemukan mereka hingga Ririn tahu bahwa pria yang sebenarnya tampan tapi ia anggap menyebalkan adalah idolanya, blogger favoritnya. Arik, nama asli Silver Shadow, ternyata memerhatikan setiap komentar yang ditulis oleh Ririn.

Hubungan mereka pun dimulai. Kekaguman Ririn bertambah ketika Arik menceritakan dongeng- dongeng – yang menurut Ririn – ajaib. Hanya dalam waktu singkat, mereka sudah berpacaran meski tidak ada acara tembak- tembakan ala ABG.

Jauh di sana, Kenzo yang saat itu baru kembali dari Viet Nam menyimpan luka. Ia jatuh cinta pada pria yang belum pernah ia temui sebelumnya. Pria itu bernama Hava. Hava sering melihat Kenzo tetapi Kenzo bahkan belum pernah bertemu dengannya sekalipun. Kenzo hanya berkomunikasi melalui telepon, surel, dan aplikasi chatting. Itu saja sudah membuat Kenzo senang dan bahagia.


Sayangnya mereka tidak pernah bertemu. Kenzo yang kecewa dan sakit hati memutuskan untuk menutup diri dari Hava. Sudah cukup ia dipermainkan oleh hubungan semu ini. Kenzo larut dalam kesedihannya dan memutuskan untuk kembali ke Surabaya, kota asalnya.

Kisah kakak beradik ini terus mengalir. Ririn yang menemukan pangeran impiannya dan Kenzo yang berusaha untuk move on namun Hava selalu ada dalam hati dan pikirannya. Juga masalah- masalah dan keajaiban lain yang muncul. Ke manakah cinta akan menuntun Ririn dan Kenzo? Ikuti kisah mereka dalam Somewhere Only We Know.

Yak, setelah mengantre, begadang, berjuang untuk mendapatkan SOWK edisi tanda tangan koko plus bonus kartu pos, dan menunggu lama, akhirnya SOWK tiba dengan tjantik. Langsung deh saya baca. Tapi belum sempat menyelesaikan, saya berhenti karena kelas pendidikan yang saya ikuti. Jadinya buku ini tersimpan lama juga di tas saya. Saat senggang, baru saya baca.

Entah pengaruh kelamaan ditinggal atau ekspektasi saya yang terlalu tinggi, saya merasa fiksi perdana koko kurang ‘nendang’. Saya malah jauh lebih suka dengan The-Not-So-Amazing-Life of @amrazing-nya Ko Alex.

Saya merasa ada beberapa bagian yang berjalan terlalu lambat. Tapi untuk bagian Kenzo, saya menikmati. Ikut sedih saja rasanya saat melihat Kenzo ditinggal seperti itu. Kalau untuk kisah Ririn, saya merasa biasa saja.

Meski demikian, sepanjang membaca buku ini, pembaca disuguhi kalimat- kalimat yang indah. Saya memiliki beberapa kutipan favorit juga, seperti  :

“Ken, gue cuma mau elo jadi diri elo sendiri. Bukan jadi manusia yang orang- orang harapkan dari elo. Karena kalau elo nggak bisa jadi diri elo sendiri, lalu buat apa elo hidup?” – hal. 13

Addicted to pain is not an escape from reality.  hal. 19

“Gue percaya bahwa tawa yang tulus akan mencapai mata. Elo tertawa bahagia, mata elo akan berkata hal yang sama.” – hal. 20

Tak perlu memaksakan diri untuk bergerak maju, sementara pikiran masih di masa lalu. Dan tak perlu melawan kenangan yang membanjiri kanal- kanal pikiran. – hal. 49

“Lebih sedikit orang yang sudi mengakui motif sesungguhnya mereka akan sesuatu, dan jauh lebih sedikit orang yang berani jujur.” – hal. 103

“Apa pun yang kita lakukan, pasti ada pengaruhnya untuk orang lain. Mungkin kita merasa yang sudah kita lakukan itu remeh. Kita nggak pernah tahu, hal yang kita anggap remeh ternyata menjadi inspirasi untuk orang lain.” – hal. 128

Pernah nggak, elo segitu bencinya sama seseorang sampai elo tiba di tahap nggak peduli lagi dengan eksistensi orang itu? Pernah nggak, elo disakiti sedemikian dalam sehingga di tahun- tahun berikutnya, elo berada di mode autopilot dan nggak merasa apa pun sama sekali? – hal. 206


Keren- keren, kan, quote-nya? Jadi terhibur saat menemukan kalimat- kalimat itu. Masih setia menunggu karya koko yang lainnya dan bonus kartu pos hasil jepretan koko. Bagi teman- teman yang ingin tahu kisah Ririn dan Kenzo, buku ini sudah tersedia di toko buku di seluruh Indonesia. Selamat membaca ^^

2 komentar:

  1. Jadi ratingnya berapa niiihhh??? SOWK ku blm aku baca :/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rating ya? Bingung nih mau kasih berapa..hmm..
      Ayukk dibaca dulu..bier bisa bantu nge-rae ntar..hahaha..

      Hapus