Daftar Review

Kamis, 25 Juni 2015

The Pilot's Woman - Dahlian

Judul                     : The Pilot’s Woman
Pengarang          : Dahlian
Penerbit              : GagasMedia
Tebal                     : 244 halaman
Sinopsis :

Kau membuat semuanya terasa mudah.
Kau tak mendesakku untuk langsung percaya – kau menunggu. Kau tak berjanji akan membuat luka di hatiku benar- benar sembuh, tapi kau bersedia menangis dan merasakan sakitnya bersamaku. Tak peduli sebanyak apa aku menyangkal arti dirimu, kau tetap di sini bersamaku.
Aku tak bisa membayangkan hidup tanpa dirimu. Aku tak bisa membayangkan hari- hari tanpa senyumanmu. Bagaimana rasanya hidup tanpa suara tawamu? Aku tak tahu. Aku tak ingin tahu.
Jadi, beri aku sedikit waktu.
Aku akan berusaha semampuku sampai bisa mencintaimu sebesar kau mencintaiku.
Sedikit waktu lagi sampai aku layak mendapatkanmu….

Review :

Erick Corsair, salah satu pilot pesawat tempur yang berwibawa, merasa sudah kehilangan segalanya saat ia mengalami kecelakaan yang menyebabkan kakinya lumpuh. Keluarganya seolah menjauhinya. Erick  pikir hanya Agnes, tunangannya, yang mengerti dan menerima dirinya apa adanya. Ternyata wanita itu juga sama. Agnes meninggalkannya. Erick benar- benar hancur.

Ia merasa lebih baik mati saja. Hidupnya sudah tidak berguna. Hari- harinya akan ia lewati bersama kursi roda. Sendiri tanpa ada yang menemani. Namun ada seorang wanita yang senantiasa menunggunya.

Ia adalah Rhenata, suster yang bekerja di rumah sakit tempat Erick dirawat. Awalnya Rhenata kaget melihat bahwa Erick yang dirawat ini adalah Erick yang mencuri hatinya saat ia praktek di RUSPAU Lanud Iswahjudi dulu. Ia tidak menyangka hal ini akan menimpa Erick. Tapi perasaannya terhadap Erick masih sama dan tidak berubah.

Rhenata bertekad untuk mengembalikan semangat hidup Erick. Ia mengerti kondisi Erick membuat pria itu tidak dapat menerima dirinya sendiri. Oleh karena itu, dengan tekun ia berinteraksi dengan Erick, namun tidak ada reaksi dari pria itu. Erick tidak pernah merespon apalagi menjawab pertanyaannya. Erick malah mengganggap Rhenata sangat mengganggunya. Rhenata sendiri bukanlah wanita yang mudah putus asa. Demi membuat Erick kembali, ia akan berusaha terus.

Kondisi Erick sedang labil membuat ia menganggap semua niat baik Rhenata sebagai gangguan dan Erick tidak menyukainya. Sampai suatu hari ketika ia hilang kendali dan membuat Rhenata terluka. Sejak peristiwa itu, ia semakin tidak tenang. Ada yang mengusik hatinya. Tapi Erick bersikeras bahwa itu hanyalah rasa bersalah karena telah melukai Rhenata, tidak lebih.

Rhenata tidak mengerti mengapa ke mana pun langkah kaki membawanya, dirinya hanya membentur dinding? Mengapa dinding itu malah semakin tebal setiap kali ia mencoba untuk merubuhkannya? Semakin keras ia berjuang, tenaganya semakin terkuras. Namun, dinding itu tetap bergeming. Tetap berdiri tegak bahkan tanpa tergores sedikitpun. Semakin keras ia berusaha semakin merasa tak punya harapan. Apakah karena ia mencintai lelaki itu? Itukah yang membuatnya lemah? Tapi, bukankah seharusnya cinta membuatnya kuat? (hal. 68)

Senin, 08 Juni 2015

Posbar : Meet and Greet bersama Penulis Haru


Pengalaman kemarin satu bulan yang lalu, tepatnya 10 Mei 2015, merupakan salah satu pengalaman yang tidak akan saya lupakan. Setelah menunggu dua minggu, hari itu tiba juga. Meet and Greet dengan Penulis Haru. Dalam acara ini hadir Orizuka, Lia Indra Andriana, Yosephine Monica, Andry Setiawan, dan Edwin Joo.

Event mengenai buku dan dunia kepenulisan seperti ini tentunya tidak lepas dari keikutsertaan BBI-ers Medan. Sejak Penerbit Haru mengumumkan adanya event ini, kami sudah heboh dan merencanakan untuk datang sekaligus kopdar. Ditambah lagi, ada anggota baru di keluarga kami, Viona dari Binjai. Jadilah BBI Medan semakin ramai ^^

Di poster, tertera acara dimulai pukul 16:00 di Gramedia Sun Plaza. Sebelum jam itu, kami sudah berada di Sun Plaza. Saya dan Mamak, sekitaran jam dua siang sudah nongkrong di Pizza Hut *berasa brand ambassador Pizza Hut saja karena setiap kopdar pasti ke PH*

suasana talkshow
Tepat pukul 16:00, kami naik ke lantai atas, dan samar- samar terdengar suara mas- mas melalui speaker. Acara sudah dimulai. Tepat waktu juga ya, pikir saya. Kirain bakalan molor (maklum, anak Medan). Beruntung, ada sisa tempat duduk walau masih banyak  yang berdiri. Kami diarahkan oleh petugas Gramedia untuk duduk. Tempat duduk paling depan pula. Datang boleh telat, tapi tempat VIP. Ha ha.. Asyiknya karena bisa menatap penulis favorit dari dekat. Foto- foto pun lebih gampang.

Talk show berlangsung selama kurang lebih satu jam. Meski singkat, namun sarat informasi dan pengetahuan baru yang kami dapatkan dari para penulis kece ini. Masing- masing penulis berbagi pengalaman dalam karier kepenulisan mereka.

Mbak Orizuka mengisahkan awal mulanya ia terinspirasi untuk menulis. Saat itu, pikiran Mbak Ori yang selesai membaca Princess Diaries karangan Meg Cabot, dipenuhi pertanyaan. Mengapa bisa begini, mengapa bisa begitu. Dari sanalah Mbak Ori mulai menulis. Mbak Ori sangat senang apabila minat baca masyarakat tinggi dan menyukai karyanya. Sebagai penulis, saat ditanyai mengenai karyanya yang disadur menjadi fan fiction, Mbak Ori menegaskan bahwa ia tidak mengizinkan penulis fan fiction untuk menjiplak bulat- bulat karyanya.

Kemudian, tak lengkap rasanya kalau tidak bertanya mengenai kelahiran buku ketiga serial Audy ini. Bagi penggemar serial The Chronicles of Audy, bulan Juni akan dirilis kalau tidak berhalangan ^^ Sedangkan mengenai isi atau ringkasan cerita, Mbak Ori belum bersedia untuk spoiler. Hi hi.. Jadi kita tunggu saja ya, teman- teman.

Mbak Lia juga berbagi  sedikit cerita mengenai Intertwine: Takdir yang Berjalin dan prosesnya. Bagi teman- teman yang belum membaca, Intertwine terdiri dari lima kisah yang ditulis oleh lima pengarang yang berbeda: Fei, Lia Indra Andriana, Orizuka, Clara Canceriana, dan KP Januwarsi. “Lima kisah yang berbeda, tetapi memiliki benang merah,” tutur Mbak Lia.
Mas Andry sedang berbagi info tentang Ojou!

Minggu, 07 Juni 2015

In A Blue Moon - Ilana Tan

Judul                     : In A Blue Moon
Pengarang          : Ilana Tan
Penerbit              : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal                     : 320 halaman

Sinopsis :

“Apakah kau masih membenciku?”
“Aku heran kau merasa perlu bertanya.”

Lucas Ford pertama kali bertemu dengan Sophie Wilson di bulan Desember pada tahun terakhir SMA-nya. Gadis itu membencinya. Lucas kembali bertemu dengan Sophie di bulan Desember sepuluh tahun kemudian di kota New York. Gadis itu masih membencinya. Masalah utamanya bukan itu – oh, bukan! – melainkan kenyataan bahwa gadis yang membencinya itu kini ditetapkan sebagai tunangan Lucas oleh kakeknya yang suka ikut campur.

Lucas mendekati Sophie bukan karena perintah kakeknya. Ia mendekati Sophie karena ingin mengubah pendapat Sophie tentang dirinya. Juga karena ia ingin Sophie menyukainya sebesar ia menyukai gadis itu. dan, kadang- kadang – ini sangat jarang terjadi, kakeknya bisa mengambil keputusan yang sangat tepat.

Review :

Perjodohan bukanlah sesuatu yang menyenangkan bagi Sophie Wilson. Apalagi pria yang dijodohkan padanya adalah pria yang ia benci, Lucas Ford. Mereka satu SMA dan karena Lucas, Sophie tidak bisa menikmati indahnya masa SMA. Ia tentu tidak akan menerima perjodohan ini.

Namun Lucas berusaha keras agar Sophie mau menerimanya. Memang kakeknya, Gordon Ford, terus mendesak dan terkesan ‘kepo’ dalam urusan jodoh- menjodohkan. Terlebih dahulu, Lucas berharap agar Sophie mau memaafkan kesalahannya dulu.

 “Tapi mereka semua menyukaimu. Kenapa mereka menyukaimu? Kenapa hanya aku yang membencimu? Apakah aku salah? Apakah kau sebenarnya tidak seburuk yang kuduga? Tiba- tiba saja aku merasa buruk karena menjadi satu- satunya orang yang membencimu. Kemudian aku harus mengingatkan diriku sendiri bahwa aku tidak salah. Aku punya alasan membencimu. Aku berhak membencimu. Aku membencimu atas apa yang pernah kaulakukan padaku dan aku membencimu karena membuatku meragukan diriku sendiri!” (hal. 78)

“Dengar, anak laki- laki yang dulu membuat hidupmu susah memang aku,” kata Lucas sambil menatap Sophie lurus- lurus. Kemudian ia menunjuk ke arah gedung Jump Start dan melanjutkan, “Tapi orang yang tadi kaulihat di dalam sana itu juga aku. Manusia bisa berubah, Sophie.” (hal. 79)